Oleh: Muhammad
“ HADIST “
PENGERTIAN HADIST DAN PENJELASAN BEBERAPA HADIST
PENTING
Disusun Oleh :
Mohamad Sihabudin, M.Pd.
1.
PENGERTIAN HADIST
Hadits adalah
setiap perkataan, perbuataan, atau ketetapan yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Dalam bahasa lain, hadits ialah setiap informasi yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Misalnya, ketika kita mengatakan “Rasulullah SAW
pernah berkata” atau “Rasulullah SAW pernah melakukan..”, secara tidak langsung
pernyataan tersebut sudah bisa dikatakan hadits. Hadits merupakan ilmu yang sangat penting karena merupakan
sumber hukum islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Terkadang Al-Qur’an
menjelaskan sesuatu secara global dan fungsi hadist itu menjelaskan secara
terperinci sehingga dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an dan Hadist tidak bisa
terpisahkan.
Para ulama
hadits membagi hadits berdasarkan kualitasnya dalam tiga kategori, yaitu hadits
shahih, hadits hasan, hadits dhaif. Urainnya sebagai berikut:
Hadits
Shahih
Hadits shahih
ialah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang
berkualitas dan tidak lemah hafalannya, di dalam sanad dan matannya tidak ada
syadz dan illat. Mahmud Thahan dalam Taisir Musthalahil Hadits menjelaskan
hadits shahih adalah: “Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung,
diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad,
tidak terdapat di dalamnya syadz dan ‘illah.”
Hadits
Hasan
Hadits hasan hampir sama dengan hadits shahih,
yaitu hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang
adil dan dhabit, tidak terdapat syadz dan ‘illah. Namun perbedaannya adalah
kualitas hafalan perawi hadits hasan tidak sekuat hadits shahih. Ulama hadits
sebenarnya berbeda-beda dalam mendefenisikan hadits hasan. Menurut Mahmud
Thahhan, defenisi yang mendekati kebenaran adalah defenisi yang dibuat Ibnu
Hajar. Menurut beliau hadits hasan ialah: “Hadits yang sanadnya bersambung,
diriwayatkan oleh perawi adil, namun kualitas hafalannya tidak seperti hadits
shahih, tidak terdapat syadz dan ‘illah.”
Hadits
Dhaif
Hadits dhaif
ialah hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih dan hadits hasan.
Dalam Mandzumah Bayquni disebutkan hadits hasan adalah: “Setiap hadits yang
kualitasnya lebih rendah dari hadits hasan adalah dhaif dan hadits dhaif
memiliki banyak ragam.”
Dilihat dari
defenisinya, dapat dipahami bahwa hadits shahih adalah hadits yang kualitasnya
lebih tinggi. Kemudian di bawahnya adalah hadits hasan. Para ulama sepakat
bahwa hadits shahih dan hasan dapat dijadikan sebagai sumber hukum. Sementara
hadits dhaif ialah hadits yang lemah dan tidak bisa dijadikan sebagai sumber
hukum. Namun dalam beberapa kasus, menurut ulama hadits, hadits dhaif boleh
diamalkan selama tidak terlalu lemah dan untuk fadhail amal.
2. HADIST – HADIST PENTING
HADITS MENGENAI
AMALAN YANG PALING UTAMA
عن عبد
الله بن مسعود رضي الله عنه سألتُ رسولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قلتُ يَا رسولَ
الله أَيُّ العملِ أفضَلُ قال الصلاةُ على مِيْقاتِها قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قال
ثُمَّ بِرُّ الوالِدَيْنِ قلتُ ثُمَّ أَيٌّ قال الجِهادُ في سبيلِ اللهِ
Artinya, “Dari
sahabat Abdullah bin Mas’ud ra, ia bertanya kepada Rasulullah, ‘Wahai
Rasulullah, apakah amal paling utama?’ ‘Shalat pada waktunya,’ jawab Rasul. Ia
bertanya lagi, ‘Lalu apa?’ ‘Lalu berbakti kepada kedua orang tua,’ jawabnya. Ia
lalu bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ ‘Jihad di jalan Allah,’ jawabnya,” (HR
Bukhari dan Muslim).
Hadist ini
menjelaskan bahwa ada tiga amalan yang paling utama dan dicintai oleh Allah SWT
sebagaimana yang telah ditanyakan oleh sahabat yang Bernama Abdullah bin Mas’ud
kepada Rasulullah SAW. Urutannya yaitu Sholat, berbakti kepada kedua orang tua
dan berjihad dijalan Allah.
HADIST
MENGENAI SHOLAT
مَنْ
سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِهِ، فَلَا صَلَاةَ لَهُ، إِلَّا مِنْ عُذْرٍ
Artinya,
”Siapapun yang mendengar azan kemudian tidak mendatanginya, maka shalatnya
tidak sempurna, kecuali bagi orang-orang yang memiliki uzur.” (HR. Ibnu Majah)
Hadist diatas
menjelaskan bahwa laki-laki yang sudah baligh dan bisa mendengar adzan (tidak
tuli) harus melaksanakan sholat di masjid secara berjama’ah. Dalam sebuah
hadits di bawah ini dijelaskan betapa seriusnya untuk memenuhi panggilan sholat
berjamaah di masjid, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu (diriwayatkan) ia berkata: “Seorang buta (tuna netra) pernah menemui Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam dan berujar: Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki
seseorang yang akan menuntunku ke masjid. Lalu ia meminta keringanan kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk shalat di rumah. Ketika sahabat
itu berpaling, beliau kembali bertanya: Apakah engkau mendengar panggilan
shalat (adzan)? Laki-laki itu menjawab: Benar. Beliau bersabda: Penuhilah
seruan tersebut (hadiri jamaah shalat)”. (HR. Muslim no. 1044).
HADIST
MENGENAI SHODAQOH
Selama hidup
setiap manusia tentunya ingin mengumpulkan amal kebaikan sebagai bekal di
akhirat kelak. Dan berbagai amalan yang ada di dunia itu akan terputus, ketika
seseorang itu sudah meninggal dunia. Meski begitu, ada amalan yang pahalanya
akan terus mengalir meski kita telah tiada. Sebagaimana sabda Rasulullah saw
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah:
إِذَا مَاتَ
ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ
عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: Ketika seseorang telah
meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali 3 (perkara), yakni sedekah
jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang berdoa untuknya.
Hadits itu memberi peringatan
sekaligus dorongan kepada kita yang masih hidup agar dapat memanfaatkan waktu
hidup ini dengan sebaik mungkin untuk beribadah kepada Allah swt. Juga
mempersiapkan amalan yang pahalanya akan terus mengalir meskipun kita sudah
tiada.
Suatu amal yang disebut sedekah
jariah pahalanya akan terus mengalir meskipun pelakunya sudah meninggal dunia.
Ini bisa terjadi jika kemanfaatan atau dampak positif dari amal itu masih terus
berlangsung.
Sebagai contoh seseorang di masa
hidupnya telah menyumbangkan sebuah bangunan sebagai wakaf untuk kepentingan
umum seperti masjid, mushala, sekolah, pesantren atau rumah sakit. Selama
bangunan itu masih digunakan untuk kegiatan yang manfaatnya jelas, maka selama
itu pula pahala akan terus mengalir kepada penyumbangnya meski ia sendiri telah
meninggal dunia.
Pertanyaan, apakah sedekah jariah
hanya dapat dilakukan oleh orang kaya saja? Tentu saja tidak. Semua orang
memiliki kesempatan yang sama untuk beramal jariah. Jika orang kaya bisa
beramal jariah dengan hartanya, maka orang miskin bisa beramal jariah dengan
tenaga atau fisiknya, atau bisa juga dengan harta meski tidak sebesar orang
kaya.
Seorang buruh bangunan yang sedang membangun
sebuah masjid, misalnya, dia tidak mendapat upah yang layak karena suatu alasan
tetapi dia ikhlas dan bahkan meniatkan kekurangan dari upahnya sebagai
sumbangan jariahnya, maka kekurangan itu akan dicatat sebagai amal jariah.
Sebuah amal tidak semata-mata dilihat dari berapa besar nilai nominalnya, yang
tak kalah penting adalah bobot keikhlasan dalam beramal.
Jika orang pandai bisa beramal
jariah dengan ilmu atau ide-idenya, maka orang yang tidak pandai bisa beramal
jariah dengan tenaga fisiknya untuk mengimplementasikan gagasan-gagasan dari
orang pandai tersebut. Orang-orang tua yang sudah tidak punya harta yang cukup,
tenaga fisik juga sudah lemah, gagasan-gagasan cemerlang mungkin juga sudah
sulit mereka capai, sesungguhnya masih bisa beramal jariah dengan memberikan
dorongan semangat kepada yang muda-muda untuk menghasilkan sebuah karya yang
bermanfaat.
HADIST KEUTAMAAN MENCARI ILMU
Ilmu merupakan kata yang tidak asing
di telinga para pelajar. Ilmu sendiri berasal dari bahasa arab al-‘ilmu yang
berarti adalah usaha-usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan
pemahaman manusia. Ilmu mempunyai banyak cabang, seperti ilmu alam, ilmu
sosial, ilmu terapan, ilmu agama, dan lain sebagainya. Salah satu cara
memperoleh ilmu yaitu dengan belajar. Nabi saw, bersabda :
اطلبوا
العلم ولو بالصين
Artinya :
“Tuntutlah ilmu, walau ke negeri China” (Diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi
dalam Syu'abul Iman, No. 1612)
Pada hadits dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu , ia berkata bahwa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا
إِلَى الْجَنَّةِ
“ Siapa
yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkannya mencapai
jalan menuju surga .” (HR.Muslim, no.2699)
Makna Allah akan
memudahkan baginya jalan surga, ada empat makna sebagaimana dimaksud oleh Ibnu
Rajab Al-Hambali:
Pertama :
Dengan menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan memudahkannya masuk surga.
Kedua :
Menuntut ilmu adalah karena seseorang mendapatkan hidayah. Hidayah inilah yang
mengantarkan seseorang ke surga.
Ketiga :
Menuntut suatu ilmu akan mengantarkan pada ilmu lainnya yang dengan ilmu
tersebut akan mengantarkan pada surga.
Orang yang
berilmu pasti mengetahui lebih banyak hal dan wawasan yang bisa diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa belajar
sampai kapanpun akan memberikan banyak manfaat bagi setiap orang, seperti
melatih kemampuan berpikir, meningkatkan kemandirian, melatih kedisiplinan,
meningkatkan penghasilan, dan masih banyak lagi. Adapun beberapa keutamaan
orang yang berilmu, yaitu :
1.
Ilmu adalah warisan para
nabi Rasulullah saw bersabda: “Dan sesungguhnya para Nabi tidak pernah
mewariskan uang emas dan tidak pula uang perak, akan tetapi mereka telah
mewariskan ilmu (ilmu syar’i) barang siapa yang mengambil warisan tersebut maka
sungguh ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR Ahmad).
Hal ini menunjukkan bahwa ilmu itu lebih tinggi dari
uang, emas, dan perak. Dan ilmu itu abadi sedangkan harta itu fana. Ilmu tidak
akan membuat lelah pemiliknya dalam menjaganya, karena tempat ilmu adalah di
dalam hati. Sehingga hal itu tidak membutuhkan tempat khusus ataupun kunci
khusus untuk menjaganya tetapi harta sebaliknya, harta akan membuat lelah
pemiliknya dalam menjaganya, karena harta memerlukan tempat khusus untuk
menjaganya, belum lagi jika harta itu hilang, kita akan lebih lelah memikirkan
harta kita.
2. Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu Allah
swt berfirman: “Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah: 11).
Surah ini menunjukkan betapa tinggi derajat dan kedudukan orang-orang yang
memiliki ilmu pengetahuan sebab orang-orang yang diangkat derajat-Nya disisi
Allah swt adalah orang yang beriman, bertaqwa dan beramal saleh serta berilmu.
3.
Ilmu akan memberikan
manfaat meski telah meninggal Rasulullah SAW bersabda: “Apabila anak cucu Adam
meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali melalui tiga jalur:
shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang senantiasa
mendoakannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
4.
Siapa yang tidak ingin
terus mendapatkan pahala meski telah meninggal. Hal ini akan didapati bagi
orang yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sebab, ilmu tersebut bukan
hanya bermanfaat untuk dirinya, tapi juga untuk orang lain. Sebagai pelajar
kita tidak boleh malas dan lelah dalam menuntut ilmu. Karena masa depan kita
ditentukan oleh diri kita saat ini. Tuntutlah ilmu, disaat kamu miskin ia akan
menjadi hartamu, disaat kamu kaya ia akan menjadi perhiasanmu.
No comments:
Post a Comment