Saturday, 1 March 2025

HADIST PILIHAN UNTUK DIAMALKAN

 Oleh: Muhammad


“ HADIST “

PENGERTIAN HADIST DAN PENJELASAN BEBERAPA HADIST PENTING

 

 

 

 

 

 

 

Disusun Oleh :

Mohamad Sihabudin, M.Pd.

 

 

 

 

 

1.       PENGERTIAN HADIST

 

Hadits adalah setiap perkataan, perbuataan, atau ketetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam bahasa lain, hadits ialah setiap informasi yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Misalnya, ketika kita mengatakan “Rasulullah SAW pernah berkata” atau “Rasulullah SAW pernah melakukan..”, secara tidak langsung pernyataan tersebut sudah bisa dikatakan hadits. Hadits merupakan ilmu yang sangat penting karena merupakan sumber hukum islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Terkadang Al-Qur’an menjelaskan sesuatu secara global dan fungsi hadist itu menjelaskan secara terperinci sehingga dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an dan Hadist tidak bisa terpisahkan.

Para ulama hadits membagi hadits berdasarkan kualitasnya dalam tiga kategori, yaitu hadits shahih, hadits hasan, hadits dhaif. Urainnya sebagai berikut:

 

Hadits Shahih

Hadits shahih ialah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas dan tidak lemah hafalannya, di dalam sanad dan matannya tidak ada syadz dan illat. Mahmud Thahan dalam Taisir Musthalahil Hadits menjelaskan hadits shahih adalah: “Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di dalamnya syadz dan ‘illah.”

 

Hadits Hasan

 Hadits hasan hampir sama dengan hadits shahih, yaitu hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit, tidak terdapat syadz dan ‘illah. Namun perbedaannya adalah kualitas hafalan perawi hadits hasan tidak sekuat hadits shahih. Ulama hadits sebenarnya berbeda-beda dalam mendefenisikan hadits hasan. Menurut Mahmud Thahhan, defenisi yang mendekati kebenaran adalah defenisi yang dibuat Ibnu Hajar. Menurut beliau hadits hasan ialah: “Hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi adil, namun kualitas hafalannya tidak seperti hadits shahih, tidak terdapat syadz dan ‘illah.”

 

Hadits Dhaif

Hadits dhaif ialah hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih dan hadits hasan. Dalam Mandzumah Bayquni disebutkan hadits hasan adalah: “Setiap hadits yang kualitasnya lebih rendah dari hadits hasan adalah dhaif dan hadits dhaif memiliki banyak ragam.”

Dilihat dari defenisinya, dapat dipahami bahwa hadits shahih adalah hadits yang kualitasnya lebih tinggi. Kemudian di bawahnya adalah hadits hasan. Para ulama sepakat bahwa hadits shahih dan hasan dapat dijadikan sebagai sumber hukum. Sementara hadits dhaif ialah hadits yang lemah dan tidak bisa dijadikan sebagai sumber hukum. Namun dalam beberapa kasus, menurut ulama hadits, hadits dhaif boleh diamalkan selama tidak terlalu lemah dan untuk fadhail amal.

 

 

 

 

 

 

2.       HADIST – HADIST PENTING

HADITS MENGENAI AMALAN YANG PALING UTAMA

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه سألتُ رسولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قلتُ يَا رسولَ الله أَيُّ العملِ أفضَلُ قال الصلاةُ على مِيْقاتِها قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قال ثُمَّ بِرُّ الوالِدَيْنِ قلتُ ثُمَّ أَيٌّ قال الجِهادُ في سبيلِ اللهِ  

Artinya, “Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud ra, ia bertanya kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, apakah amal paling utama?’ ‘Shalat pada waktunya,’ jawab Rasul. Ia bertanya lagi, ‘Lalu apa?’ ‘Lalu berbakti kepada kedua orang tua,’ jawabnya. Ia lalu bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ ‘Jihad di jalan Allah,’ jawabnya,” (HR Bukhari dan Muslim).

 

Hadist ini menjelaskan bahwa ada tiga amalan yang paling utama dan dicintai oleh Allah SWT sebagaimana yang telah ditanyakan oleh sahabat yang Bernama Abdullah bin Mas’ud kepada Rasulullah SAW. Urutannya yaitu Sholat, berbakti kepada kedua orang tua dan berjihad dijalan Allah.

 

HADIST MENGENAI SHOLAT

مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِهِ، فَلَا صَلَاةَ لَهُ، إِلَّا مِنْ عُذْرٍ  

Artinya, ”Siapapun yang mendengar azan kemudian tidak mendatanginya, maka shalatnya tidak sempurna, kecuali bagi orang-orang yang memiliki uzur.” (HR. Ibnu Majah)

 

Hadist diatas menjelaskan bahwa laki-laki yang sudah baligh dan bisa mendengar adzan (tidak tuli) harus melaksanakan sholat di masjid secara berjama’ah. Dalam sebuah hadits di bawah ini dijelaskan betapa seriusnya untuk memenuhi panggilan sholat berjamaah di masjid, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu (diriwayatkan) ia berkata: “Seorang buta (tuna netra) pernah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berujar: Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke masjid. Lalu ia meminta keringanan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk shalat di rumah. Ketika sahabat itu berpaling, beliau kembali bertanya: Apakah engkau mendengar panggilan shalat (adzan)? Laki-laki itu menjawab: Benar. Beliau bersabda: Penuhilah seruan tersebut (hadiri jamaah shalat)”. (HR. Muslim no. 1044).

 

HADIST MENGENAI SHODAQOH

 

Selama hidup setiap manusia tentunya ingin mengumpulkan amal kebaikan sebagai bekal di akhirat kelak. Dan berbagai amalan yang ada di dunia itu akan terputus, ketika seseorang itu sudah meninggal dunia. Meski begitu, ada amalan yang pahalanya akan terus mengalir meski kita telah tiada. Sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah:

  إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
 
Artinya: Ketika seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali 3 (perkara), yakni sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang berdoa untuknya.

 

Hadits itu memberi peringatan sekaligus dorongan kepada kita yang masih hidup agar dapat memanfaatkan waktu hidup ini dengan sebaik mungkin untuk beribadah kepada Allah swt.  Juga mempersiapkan amalan yang pahalanya akan terus mengalir meskipun kita sudah tiada.

Suatu amal yang disebut sedekah jariah pahalanya akan terus mengalir meskipun pelakunya sudah meninggal dunia. Ini bisa terjadi jika kemanfaatan atau dampak positif dari amal itu masih terus berlangsung.

Sebagai contoh seseorang di masa hidupnya telah menyumbangkan sebuah bangunan sebagai wakaf untuk kepentingan umum seperti masjid, mushala, sekolah, pesantren atau rumah sakit. Selama bangunan itu masih digunakan untuk kegiatan yang manfaatnya jelas, maka selama itu pula pahala akan terus mengalir kepada penyumbangnya meski ia sendiri telah meninggal dunia.

Pertanyaan, apakah sedekah jariah hanya dapat dilakukan oleh orang kaya saja? Tentu saja tidak. Semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk beramal jariah. Jika orang kaya bisa beramal jariah dengan hartanya, maka orang miskin bisa beramal jariah dengan tenaga atau fisiknya, atau bisa juga dengan harta meski tidak sebesar orang kaya.

 Seorang buruh bangunan yang sedang membangun sebuah masjid, misalnya, dia tidak mendapat upah yang layak karena suatu alasan tetapi dia ikhlas dan bahkan meniatkan kekurangan dari upahnya sebagai sumbangan jariahnya, maka kekurangan itu akan dicatat sebagai amal jariah. Sebuah amal tidak semata-mata dilihat dari berapa besar nilai nominalnya, yang tak kalah penting adalah bobot keikhlasan dalam beramal.

Jika orang pandai bisa beramal jariah dengan ilmu atau ide-idenya, maka orang yang tidak pandai bisa beramal jariah dengan tenaga fisiknya untuk mengimplementasikan gagasan-gagasan dari orang pandai tersebut. Orang-orang tua yang sudah tidak punya harta yang cukup, tenaga fisik juga sudah lemah, gagasan-gagasan cemerlang mungkin juga sudah sulit mereka capai, sesungguhnya masih bisa beramal jariah dengan memberikan dorongan semangat kepada yang muda-muda untuk menghasilkan sebuah karya yang bermanfaat.

 

HADIST KEUTAMAAN MENCARI ILMU

 

Ilmu merupakan kata yang tidak asing di telinga para pelajar. Ilmu sendiri berasal dari bahasa arab al-‘ilmu yang berarti adalah usaha-usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia. Ilmu mempunyai banyak cabang, seperti ilmu alam, ilmu sosial, ilmu terapan, ilmu agama, dan lain sebagainya. Salah satu cara memperoleh ilmu yaitu dengan belajar. Nabi saw, bersabda :

 اطلبوا العلم ولو بالصين

 Artinya : “Tuntutlah ilmu, walau ke negeri China” (Diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman, No. 1612)

 

Pada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu , ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

 

“ Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkannya mencapai jalan menuju surga .” (HR.Muslim, no.2699)

Makna Allah akan memudahkan baginya jalan surga, ada empat makna sebagaimana dimaksud oleh Ibnu Rajab Al-Hambali:

Pertama : Dengan menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan memudahkannya masuk surga.

Kedua : Menuntut ilmu adalah karena seseorang mendapatkan hidayah. Hidayah inilah yang mengantarkan seseorang ke surga.

Ketiga : Menuntut suatu ilmu akan mengantarkan pada ilmu lainnya yang dengan ilmu tersebut akan mengantarkan pada surga.

 

Orang yang berilmu pasti mengetahui lebih banyak hal dan wawasan yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa belajar sampai kapanpun akan memberikan banyak manfaat bagi setiap orang, seperti melatih kemampuan berpikir, meningkatkan kemandirian, melatih kedisiplinan, meningkatkan penghasilan, dan masih banyak lagi. Adapun beberapa keutamaan orang yang berilmu, yaitu :  

 

1.       Ilmu adalah warisan para nabi Rasulullah saw bersabda: “Dan sesungguhnya para Nabi tidak pernah mewariskan uang emas dan tidak pula uang perak, akan tetapi mereka telah mewariskan ilmu (ilmu syar’i) barang siapa yang mengambil warisan tersebut maka sungguh ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR Ahmad).  

Hal ini menunjukkan bahwa ilmu itu lebih tinggi dari uang, emas, dan perak. Dan ilmu itu abadi sedangkan harta itu fana. Ilmu tidak akan membuat lelah pemiliknya dalam menjaganya, karena tempat ilmu adalah di dalam hati. Sehingga hal itu tidak membutuhkan tempat khusus ataupun kunci khusus untuk menjaganya tetapi harta sebaliknya, harta akan membuat lelah pemiliknya dalam menjaganya, karena harta memerlukan tempat khusus untuk menjaganya, belum lagi jika harta itu hilang, kita akan lebih lelah memikirkan harta kita.  

2.     Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu  Allah swt berfirman: “Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah: 11).   Surah ini menunjukkan betapa tinggi derajat dan kedudukan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan sebab orang-orang yang diangkat derajat-Nya disisi Allah swt adalah orang yang beriman, bertaqwa dan beramal saleh serta berilmu.

3.       Ilmu akan memberikan manfaat meski telah meninggal Rasulullah SAW bersabda: “Apabila anak cucu Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali melalui tiga jalur: shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang senantiasa mendoakannya.” (HR Bukhari dan Muslim).

4.       Siapa yang tidak ingin terus mendapatkan pahala meski telah meninggal. Hal ini akan didapati bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sebab, ilmu tersebut bukan hanya bermanfaat untuk dirinya, tapi juga untuk orang lain.   Sebagai pelajar kita tidak boleh malas dan lelah dalam menuntut ilmu. Karena masa depan kita ditentukan oleh diri kita saat ini. Tuntutlah ilmu, disaat kamu miskin ia akan menjadi hartamu, disaat kamu kaya ia akan menjadi perhiasanmu.

 
 


 

 

 
 

 

 

 

 

 

 

 


No comments:

Post a Comment