Saturday, 1 March 2025

Sejarah / Tarikh / Kisah

 Kisah Nabi Muhammad dan Kisah Nabi Ibrahim


Oleh : Sihab



TARIKH ( SEJARAH ISLAM )

KISAH NABI MUHAMMAD DAN KISAH NABI IBRAHIM

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Disusun Oleh :

Mohamad Sihabudin, M.Pd.

 

 

 

1.       PENGANTAR ILMU

Sejarah / kisah Nabi Adam sampai Nabi Muhammad sangat berkaitan bahkan selalu berkelanjutan, ini menunjukkan bahwa islam bukan ajaran yang datang tiba-tiba namun ajaran yang sudah ada sejak zaman Nabi Adam sampai Nabi Muhammad yang berkaitan sampai saat ini. Contohnya seperti ibadah sholat dan qurban  yang sudah ada sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad yang sampai saat ini masih berlaku untuk kita amalkan.

Dengan mengetahui sejarah islam maka banyak manfaat yang akan diperoleh, diantaranya dapat meningkatkan keimanan, menambah wawasan atau pengetahuan dan semakin yakin terhadap kebenaran untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Begitu juga bentuk kecintaan kita kepada Nabi Muhammad bisa dibuktikan dengan mengikuti langkahnya, bersholawat kepadanya dan membaca sejarah perjuangannya. Membaca sejarah para nabi dan rasul, khususnya Nabi Muhammad SAW memiliki banyak manfaat, di antaranya:

·         Meneladani sifat baik

·         Mengetahui akhlak Nabi

·         Memahami ajaran Islam

·         Menumbuhkan kecintaan kepada Nabi

·         Mengetahui peran Nabi dalam dakwah

·         Mengetahui perjuangan Nabi

·         Menjadi teladan bagi da'i

·         Meneguhkan hati umat Islam

 

2.       KISAH NABI MUHAMMAD

Kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, sekitar tahun 570/571 M.

Nabi Muhammad SAW lahir dari pasangan Abdullah dan Aminah.

Nabi Muhammad SAW dibesarkan oleh kakeknya, Abdul Muthalib.

Nabi Muhammad SAW diasuh oleh pamannya, Abu Thalib .

Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai pribadi yang jujur dan terpercaya, sehingga mendapat julukan "Al-Amin".

Nabi Muhammad SAW menikah dengan Khadijah binti Khuwailid.

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama pada usia 40 tahun.

Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya dari lingkungan terdekat dengan cara bersembunyi-sembunyi kemudian dilanjutkan dengan cara terang-terangan.

Nabi Muhammad SAW wafat pada usia 63 tahun.

Nabi Muhammad SAW merupakan rahmat bagi seluruh alam dan membawa cahaya petunjuk bagi yang berada dalam kegelapan. Kita sebagai umatnya, memiliki tanggung jawab untuk mengikuti jejak dan mengamalkan ajaran-ajaran beliau dalam kehidupan sehari-hari.

 

Allah SWT memberikan mukjizat luar biasa kepada Nabi Muhammad SAW, yang tidak hanya menunjukkan kebesaran Allah, tetapi juga mendukung kebenaran ajaran Islam. Salah satu mukjizat yang paling terkenal adalah peristiwa pembelahan bulan, yang terjadi ketika kaum Quraisy menantang Nabi untuk menunjukkan bukti kenabiannya. Selain itu, mukjizat lain seperti air yang mengalir dari jari-jari Nabi dan makanan yang melimpah meskipun jumlahnya sedikit, semakin memperkuat keimanan para pengikutnya.

 

Wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Pada bulan Shafar tahun 11 Hijriah, Nabi Muhammad SAW mulai jatuh sakit. Beliau menderita demam tinggi selama beberapa hari hingga akhirnya berpulang ke rahmatullah pada usia 63 tahun di pangkuan istrinya, Aisyah. Rasulullah wafat pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal, hari yang sama dengan kelahirannya. Kewafatan beliau merupakan duka yang mendalam bagi seluruh umat Islam, namun ajaran dan teladannya terus hidup hingga kini.

 

Kisah Pengemis Buta Yang Menghina Nabi Muhammad

Ada seorang pengemis buta di sudut pasar Madinah. Pengemis Yahudi tersebut merasa jijik dan muak bila mendengar orang menyebut nama Muhammad. Bahkan, ia menuduh Nabi Muhammad sebagai tukang sihir dan pembohong besar. Pengemis itu sering berkata bahwa siapa pun mesti mewaspadai sosok bernama Muhammad.

Rasulullah SAW sama sekali tak membenci dan dendam kepadanya. Beliau hanya tersenyum dan selalu bersikap lembut terhadapnya. Nabi juga rela meluangkan waktu setiap pagi untuk menyuapkan makanan kepada pengemis buta tersebut.

Kebiasaan tersebut terus berlanjut dan si pengemis itu tidak tahu bahwa yang menyuapinya makanan setiap hari ialah Nabi Muhammad, orang yang ia benci.

Setelah Rasulullah wafat, tak ada yang datang menyuapkan makanan kepada si pengemis buta tersebut. Selang beberapa waktu, Abu Bakar bin Shiddiq menggantikan kebiasaan Nabi tersebut. berkat informasi yang diberikan oleh Aisyah RA.

Sesampainya di sana, Abu Bakar ditegur oleh si pengemis tersebut, "Siapakah Engkau?". Abu Bakar menjawab, "Aku orang yang biasa".

Pengemis itu berkata lagi, "Bukan. Pasti engkau bukan orang yang biasa mendatangiku. Apabila ia datang, tak usah tangan ini memegang dan tak usah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku. Dan, ia terlebih dahulu dihaluskan makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku".

Mendengar ucapan si pengemis, Abu Bakar menangis dan berkata, "Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu. Aku merupakan salah satu sahabatnya. Orang yang biasa menyuapi mu itu telah tiada. Ia adalah Nabi Muhammad, Rasulullah SAW".

Seketika, si pengemis pun menangis mendengar penjelasan dari Abu Bakar. Dan ia berkata, "Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikit pun, ia mendatangiku dengan membawa makanan tiap pagi, ia begitu mulia".
Kemudian pengemis yang membenci Nabi itu bersyahadat di hadapan Abu Bakar RA.

 

Kisah – kisah Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim adalah salah satu nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk menyebarkan tauhid dan mengajak manusia untuk menyembah Allah semata. Beliau dilahirkan di Babylonia, sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Raja Namrud yang sombong dan mengaku sebagai tuhan. Nabi Ibrahim memiliki banyak kisah yang menarik dan menginspirasi, di antaranya adalah:

 

Kisah Nabi Ibrahim Menolak Menyembah Berhala

Sejak kecil, Nabi Ibrahim sudah memiliki pemikiran yang cerdas dan kritis. Beliau tidak percaya dengan berhala-berhala yang disembah oleh kaumnya, termasuk ayahnya sendiri yang merupakan pembuat patung berhala. Beliau merasa bahwa berhala-berhala itu tidak memiliki kekuatan dan tidak layak disembah.

Suatu hari, ketika kaumnya sedang pergi ke pesta, Nabi Ibrahim memanfaatkan kesempatan itu untuk menghancurkan semua berhala di kuil dengan sebuah kapak. Beliau hanya menyisakan berhala yang paling besar dan menggantungkan kapak itu di lehernya. Ketika kaumnya kembali dan melihat keadaan kuil, mereka marah dan menuduh Nabi Ibrahim sebagai pelakunya.

Mereka pun membawa Nabi Ibrahim ke hadapan Raja Namrud dan menanyakan alasan beliau menghancurkan berhala-berhala mereka. Nabi Ibrahim menjawab dengan bijak bahwa berhala yang paling besar itulah yang menghancurkan berhala-berhala lainnya, dan mereka bisa bertanya kepada berhalanya sendiri jika tidak percaya.

Kaumnya pun sadar bahwa berhala-berhala itu tidak bisa bicara dan tidak bisa menjawab pertanyaan mereka. Nabi Ibrahim kemudian mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya. Namun, mereka tetap keras kepala dan tidak mau mendengarkan dakwah Nabi Ibrahim.

 

Kisah Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup

Karena merasa terancam dengan dakwah Nabi Ibrahim, Raja Namrud memutuskan untuk membakar beliau hidup-hidup sebagai hukuman. Beliau pun memerintahkan rakyatnya untuk membuat api yang sangat besar dan memasukkan Nabi Ibrahim ke dalamnya dengan menggunakan sebuah katapel.

Namun, Allah SWT melindungi hamba-Nya yang saleh itu dengan menjadikan api itu menjadi dingin dan damai bagi Nabi Ibrahim. Beliau pun selamat dari api neraka yang dibuat oleh Raja Namrud. Ini adalah salah satu mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Ibrahim.

Namun, atas izin Allah SWT, api yang berkobar itu telah diperintahkan agar tidak dapat membakar Nabi Ibrahim AS. Peristiwa ini termaktub dalam firman-Nya,

 يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ

Artinya: Kami (Allah) berfirman, "Wahai api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim!" (QS Al-Anbiya: 69)

Menurut hadits yang diriwayatkan oleh al-Hafid Abu Ya'la, dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW menceritakan bahwa ketika Nabi Ibrahim AS akan dilemparkan ketengah api yang berkobar itu, ia berdoa sebagai berikut,


اللهُمَّ أَنْتَ الْوَاحِدُ فِي السَّمَاءِ وَأَنَا الْوَاحِدُ فِي الْأَرْضِ لَيْسَ اَحَدٌ يَعْبُدُكَ غَيْرِي حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلِ

Latin: Allahumma antal wahidu fissama'i wa anal wahidu fil ardi laisa ahadun ya 'buduka gairī hasbiyallahu wa ni'mal wakil.

Artinya: Ya Allah! Engkau Esa di langit dan aku sendirian di bumi. Tiada seorang pun yang taat kepada-Mu selain aku. Bagiku cukuplah Allah sebaik-baik tempat berserah diri.

 

Kisah Nabi Ibrahim Menghidupkan Burung

Nabi Ibrahim adalah seorang yang sangat taat kepada Allah SWT dan selalu ingin mengetahui lebih banyak tentang kebesaran-Nya. Suatu hari, beliau memohon kepada Allah SWT agar diperlihatkan bagaimana cara-Nya menghidupkan makhluk hidup yang telah mati.

Allah SWT pun memberikan perintah kepada Nabi Ibrahim untuk membunuh empat ekor burung dan melumatkan tubuhnya serta mencampurkannya menjadi satu. Kemudian, beliau harus membagi tubuh burung-burung itu menjadi empat bagian dan meletakkannya di atas empat bukit yang terpisah.

Setelah itu, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk memanggil burung-burung itu dengan nama-nama mereka. Maka, dengan izin Allah SWT, burung-burung itu kembali hidup dan terbang menuju Nabi Ibrahim. Ini adalah bukti dari kekuasaan Allah SWT yang maha hidup dan maha mati.

 

Kisah Nabi Ibrahim Menyembelih Putranya

Nabi Ibrahim adalah seorang yang sangat sabar dan ikhlas dalam menjalani ujian dari Allah SWT. Beliau dikaruniai seorang putra yang sangat soleh dan dicintainya, yaitu Nabi Ismail. Namun, suatu malam, beliau bermimpi bahwa Allah SWT memerintahkannya untuk menyembelih putranya itu sebagai kurban.

Nabi Ibrahim pun menuruti perintah Allah SWT dan memberitahu putranya tentang mimpinya. Nabi Ismail pun menyetujui keputusan ayahnya dan bersedia untuk dikorbankan demi ridha Allah SWT. Mereka pun berangkat ke tempat penyembelihan dengan penuh kesabaran dan keteguhan hati.

Namun, ketika Nabi Ibrahim hendak menyembelih putranya, Allah SWT menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba yang besar. Ini adalah ujian yang sangat berat bagi Nabi Ibrahim dan putranya, namun mereka berhasil melewatinya dengan baik. Allah SWT pun memberikan pujian dan penghargaan kepada mereka berdua atas pengorbanan mereka.

 

Kisah ini diceritakan dalam Al-Qur’an dan menjadi ajaran Nabi Muhammad yaitu ibadah qurban yang dilaksanakan pada bulan Djulhijjah.


 

 

 

Friday, 28 February 2025

Mengenal Al-Qur'an dan Penjelasan Qur'an surat Al--Baqarah: 186

 Oleh : Sihab



AL-QUR’AN

MENGENAL AL-QUR’AN DAN PENJELASAN AL-QUR’AN SURAT AL-BAQAROH : 186

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Disusun Oleh :

Mohamad Sihabudin, M.Pd.

 

 

 

1.       PENGERTIAN AL-QUR’AN

Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril yang diawali dengan surat Al-Fatihah diakhiri dengan surat An-Nas menggunakan bahasa arab sebagai mukjizat Nabi Muhammad dan apabila dibaca bernilai ibadah.

Nabi Muhammad menjadi Nabi yang paling mulia karena mukjizatnya Al-Qur’an, Malaikat Jibril menjadi malaikat yang paling mulia karena tugasnya menyampaikan Al-Qur’an, Ramadhan menjadi mulia karena di bulan Ramadhan Al-Qur’an diturunkan bahkan di alam kubur yang gelap pun bisa menjadi terang apabila ada cahanya Al-Qur’an.

Al-Qur’an merupakan kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai pedoman hidup bagi manusia. Dalam prosesnya, Al-Qur’an sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnu Abbas dan disepakati mayoritas ulama, diturunkan melalui dua fase.  Fase pertama disebut fase “inzali” yaitu turunnya Al-Qur’an secara global dari Lauhul Mahfudz menuju Baitul Izzah di langit dunia sebagai bentuk pengagungan terhadap Al-Qur’an. Fase kedua disebut “tanzili” yaitu turunnya Al-Qur’an secara bertahap kepada Nabi Muhammad saw selama 23 tahun sesuai dengan peristiwa yang terjadi (mempertimbangkan sebab turunnya). (Manna Al-Qathan, Mabahits fi ulumil Qur’an, tt [Kairo: Maktabah Wahbah], hal 96).

Berikut adalah pokok-pokok ajaran kitab Al-Quran sebagai pedoman hidup umat muslim dikutip dari buku Ketika Al-Qur’an Tak Lagi Diagungkan karya Muhammad Ilham Nur (2017:17).

1. Akidah

Akidah mengajarkan kepercayaan kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, serta hari akhir dan takdir. Keenam perkara tersebut dikenal sebagai rukun iman yang harus dipahami oleh seluruh umat muslim. Selain itu, Al-Quran juga melakukan pembuktian bahwa Islam adalah ajaran agama yang benar dan harus diyakini keabsahannya

2. Ibadah

Tujuan manusia hidup adalah untuk beribadah dan menyiapkan bekal saat di akhirat nanti. Oleh karena itu, di dalam Al-Quran terdapat sejumlah ibadah yang wajib sertan sunnah yang dikerjakan umat muslim.

3. Muamalah

Al-Quran menjalankan tentang muamalah dan hubungan sosial dalam bermasyarakat. Adapun prinsip muamalah adalah mengajarkan hubungan yang baik antar manusia, baik dalam keluarga, tetangga, maupun masyarakat secara umum.

4. Akhlak Mulia

Salah satu tujuan agama Islam adalah untuk menyebarkan akhlak yang mulia dan dalam Al-Quran sudah dijelaskan secara khusus mengenai akhlak-akhlak tersebut.

5. Sejarah

Dalam Al-Quran dijelaskann tentang kisah dan cerita umat terdahulu serta memberikan beberap prediksi masa depan, seperti kejatuhan Romawi dan ekspansi ke bulan.

6. Syariat

Al-Quran juga berisi tentang syariat, hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah, sosial, politik, dan lainnya.

 

2.       PENJELASAN AL-QUR’AN SURAT AL-BAQAROH AYAT 186

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, sababun nuzul dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Al-Baqarah ayat 186:


 وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ

Wa idzā sa'alaka ‘ibādī ‘annī fa innī qarīb, ujību da‘watad-dā‘i idzā da‘āni falyastajībū lī walyu'minū bī la‘allahum yarsyudūn.

Artinya: “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Sabab Nuzul Surat Al-Baqarah Ayat 186 Syekh Nawawi Al-Bantani dalam tafsirnya menyebutkan riwayat terkait sebab turun Al-Baqarah 186.

Sebab turun ayat ini dikatakan, suatu ketika orang Badui datang menemui Nabi Muhammad saw dan berkata: “Apakah Tuhan kita dekat, sehingga kita berdoa dengan lirih atau jauh, sehingga kita berdoa dengan lantang?”, Kemudian Allah menurunkan ayat ini.   Diriwayatkan dari Qatadah dan ulama lainnya bahwa sahabat pernah bertanya kepada Nabi: “Bagaimana kami berdoa kepada Tuhan kami wahai Nabi Allah? Apakah dengan berbisik atau dengan memanggil lantang?” Kemudian Allah menurunkan ayat ini.   Atha’ dan ulama lainnya berkata, bahwa sahabat bertanya: “Di mana Tuhan kami?” Ibnu Abbas berkata bahwa Yahudi Madinah berkata kepada Nabi Saw: “Wahai Muhammad, bagaimana Tuhanmu mendengar doa?” Kemudian Allah menurunkan ayat ini”. (Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsirul Munir li Ma’alimit Tanzil, [Beirut, Darul Fikr], juz II, halaman 43).

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 186 Ayat 186 surat Al-Baqarah menjelaskan dengan tegas kedekatan Allah terhadap hamba-hamba-Nya, terutama dalam mengabulkan doanya. Bahkan kedekatan Allah digambarkan lebih dekat dari urat nadi hamba-Nya. Namun, maksud dari makna dekat tersebut bukan dekat dilihat dari tempatnya, melainkan dekat dalam mendengar dan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya.
Abu Hayyan dalam tafsirnya menjelaskan “Maksud dekat yang dinisbatkan kepada Allah bukanlah dekat dalam segi tempat. Yang dimaksud dekat di sini ialah ungkapan Allah yang mendengar doa hamba-Nya, cepat dalam mengijabahi permintaan hamba yang meminta kepada-Nya. Perumpaan mudahnya, Allah dalam mengabulkan doa seperti orang yang dekat dari orang yang ​​​​​​berdoa kepada-Nya. Karena kedekatan jarak tersebut Allah mengabulkan doanya.” (Abu Hayyan, Al-Bahrul Muhith, [Beirut, Darul Fikr:1432 H/2010 M], juz II, halaman 205).

 

Abu Musa berkata: “Kemudian Nabi mendekat dan bersabda: ”Wahai umat manusia, lirihkanlah suara kalian. Kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli ataupun tidak ada. Sungguh kalian berdoa pada Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Melihat. Dzat yang kalian berdoa kepada-Nya lebih dekat kepada kalian dari leher kendaraannya”. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil Azhim, [Riyadh, Dar Thayyibah lin Nasyri wa Tauzi’: 1999 M/ 1420 H], juz I, halaman 506).

Setiap hamba yang merasa dekat dengan Allah maka akan senantiasa berdo’a kepada Allah dengan niat ibadah dan sebagai bentuk penghambaan kepada-Nya.

Adapun arahan Syekh Abdul Qadir dalam menjelaskan enam hal yang berkaitan dengan tata cara yang ideal ketika berdoa, yaitu:

1.    Membentangkan kedua tangan dengan posisi menengadahkan telapak tangan


2.    Mendahulukan memuji kepada Allah


3.    Lalu membaca shalawat kepada Rasulullah


4.    Menghaturkan permohonan kepada Allah


5.    Wajah tidak memandang ke arah langit


6.    Mengusapkan telapak tangan ke wajah


Tata cara ini merupakan anjuran dari Syekh Abdul Qadir Al-Jilani agar ketika seseorang berdoa kepada Allah tidak mengabaikan etika berdoa. Sebab berdoa termasuk ibadah yang memiliki kaitan erat seorang hamba kepada Allah.

Intinya, berdoa bukan semata-mata agar permintaan segera dikabulkan, akan tetapi berdoa adalah sikap hati seseorang dalam menghambakan dirinya kepada Allah dan bentuk keterbatasan serta ketidakmampuan seseorang di hadapan Allah.

Mengutip Ihya Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali, Imam An-Nawawi dalam karyanya Al-Adzkarul Muntakhabah min Kalami Sayyidil Abrar menyebutkan 10 adab berdoa. Hal ini menunjukkan betapa sakralitas ibadah doa.

Pertama, kita menantikan waktu-waktu mulia seperti hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jumat, sepertiga terakhir dalam setiap malam, dan waktu sahur.

Kedua, kita memanfaatkan kondisi-kondisi istimewa untuk berdoa seperti saat sujud, saat dua pasukan berhadap-hadapan siap tempur, ketika turun hujan, dan ketika iqamah shalat dan sesudahnya.

Ketiga, menghadap kiblat, mengangkat kedua tangan, dan mengusap wajah sesudah berdoa.

Keempat, mengatur volume suara agar tidak terlalu keras tetapi juga tidak terlalu rendah.

Kelima, menghindari kalimat bersajak dalam doa karena dikhawatirkan justru melewati batas dalam berdoa. Prinsipnya tidak berlebihan dalam penggunaan kata-kata saat berdoa.

Keenam, berdoa dengan penuh ketundukkan, kekhusyukan, dan ketakutan kepada Allah SWT.

Ketujuh, mantap hati dalam berdoa, meyakini pengabulan doa, dan menaruh harapan besar dalam berdoa. Sufyan bin Uyaynah mengatakan, sadar akan kondisi dirimu jangan sampai menghalangimu untuk berdoa kepada-Nya. Allah, kata Sufyan, tetap menerima permohonan Iblis yang tidak lain adalah makhluk-Nya yang paling buruk.

Kedelapan, meminta terus menerus dalam berdoa.

Kesembilan, membuka doa dengan lafal zikir. Kita dianjurkan untuk membuka doa dengan pujian dan shalawat. Demikian pula ketika mengakhiri doa.

Kesepuluh, tobat, mengembalikan benda-benda kepada mereka yang teraniaya, dan “menghadap” Allah SWT dengan cara mematuhi segala aturan agama. Pasal sepuluh ini yang sangat penting.

العاشر : وهو أهمها والأصل في الإجابة ، وهو التوبة ، ورد المظالم ، والإقبال على الله تعالى

Artinya: “Pasal kesepuluh, ini pasal terpenting dan cukup mendasar dalam pengabulan doa, yaitu tobat, mengembalikan benda-benda kepada mereka yang teraniaya, dan “menghadap” Allah SWT,” (Lihat An-Nawawi, Al-Adzkar Al-Adzkarul Muntakhabah min Kalami Sayyidil Abrar, Kairo, Darul Hadits, 2003 M/1424 H, halaman 372). Wallahu a‘lam.